Mendeteksi Asteroid, Benda Kecil yang Bisa Saja Berbahaya

Sejarah mencatat, salah satu hipotesis musnahnya dinosaurus pada 65 juta tahun yang lalu adalah akibat jatuhnya asteroid atau komet di Bumi. Kita di peradaban modern tentunya tidak ingin peristiwa semacam itu, yaitu kehancuran massal akibat jatuhnya benda luar angkasa, terulang. Padahal Bumi dihujani 5-200 ton debu kosmis per hari atau hingga 78.000 ton per tahun.

Meskipun Bumi adalah planet yang relatif aman dari tumbukan benda berukuran kecil dari luar angkasa karena memiliki atmosfer yang melindungi permukaannya, namun yang berukuran besar tentu saja membahayakan kehidupan di Bumi. Untuk itulah sejak tahun 1998, NASA memulai program pengamatan untuk mengidentifikasi asteroid yang berukuran besar, diameter lebih dari 140 meter, serta yang lintasannya berpotensi membahayakan Bumi.

Kemampuan teknologi kita dalam mengamati benda luar angkasa dan memperkirakan waktu kapan mereka mendekati Bumi memberikan peluang untuk mencegah terjadinya kehancuran di Bumi. Berbagai skenario telah diusulkan untuk mengatasinya. Senjata nuklir adalah salah satu pilihan untuk menghancurkan atau setidaknya mengubah lintasan asteroid. Walaupun nuklir sendiri telah dilarang oleh Outer Space Treaty of 1967, tetapi banyak pihak berpendapat bahwa teknologi tersebut sah-sah saja digunakan untuk kepentingan mendesak.

Secara teknis, senjata nuklir bisa dikirimkan dengan roket untuk mendekati permukaan asteroid dan diledakkan di dekat permukaannya agar lintasan asteroid dapat berubah. Tentunya ada konsekuensi yang harus ditanggung apabila nuklir digunakan, misalnya sisa materi radioaktif yang bisa saja mengganggu kehidupan di Bumi.

Pilihan yang lain adalah dengan meluncurkan wahana luar angkasa mendekati asteroid. Secara perlahan, lintasan asteroid akan berubah karena adanya gangguan gravitasi dari wahana luar angkasa. Akan tetapi cara ini memerlukan waktu yang relatif lama karena massa wahana tentu tidak terlalu besar. Konsekuensinya, asteroid yang mengancam harus dapat dideteksi sejak dini.

Metode lain yang juga diusulkan adalah dengan meledakkan sebagian asteroid dengan laser. Tujuannya adalah memotong sebagian asteroid kemudian potongannya digunakan untuk mengubah lintasannya. Cara ini juga masih harus diteliti lebih lanjut karena sampai saat ini belum ada laser yang mampu melakukan hal tersebut.

Asteroid atau Near Earth Object yang teramati sejak 1998 hingga 2018
Asteroid atau Near Earth Object yang teramati sejak 1998 hingga 2018. Sumber: NASA/JPL-Caltech

Berbagai metode yang telah diusulkan akan bisa berjalan dengan baik apabila sistem deteksi asteroid yang membahayakan Bumi dapat tercipta dengan baik pula. Pemetaan objek luar angkasa dekat Bumi (Near-Earth Objects/NEOs) yang dilakukan secara terstruktur oleh NASA sejak tahun 1998 sudah memberikan data penting. Menurut IAU, NEO didefinisikan memiliki perihelion 1,3 SA. Dan jika ukurannya lebih dari 140 meter, statusnya berubah menjadi objek berpotensi membahayakan (Potentially Hazardous Object, PHO).

Mulai tahun 2016, lembaga yang menggawangi penelitian tentang NEOs dinamakan Center for Near-Earth Object Studies (CNEOs). Lembaga ini mempunyai tugas utama memetakan objek luar angkasa yang memiliki kemungkinan membahayakan Bumi, Bulan, atau pun planet yang ada di Tata Surya. Untuk mempermudah kita dalam mengumpulkan data dan memprediksi kedatangan atau potensi tumbukan NEOs, dibuatlah program Sentry. Sentry adalah sebuah sistem otomatis yang dibuat agar mencari semua NEOs yang berpotensi menumbuk Bumi dalam kurun waktu sampai ratusan tahun ke depan. Apabila Sentry menemukan objek yang memenuhi kriteria tersebut, maka objek itu akan dimasukkan dalam tabel yang bisa diakses secara daring dan diprioritaskan untuk diamati oleh para observer. Jika terdapat data tambahan yang menyebabkan objek tersebut tidak memenuhi kriteria, maka objek tersebut pun akan dikeluarkan dari tabel.

Selain itu, NASA juga merancang misi wahana tanpa awak Scout, yang akan mendekati salah satu asteroid untuk mendapatkan data yang lebih baik dari asteroid tersebut. Rencananya wahana ini akan diluncurkan antara tahun 2020 – 2021 mendatang. Walau ukurannya sebesar kotak sepatu (10x20x30 cm), namun Scout memiliki teknologi Solar Sail (layar penangkap cahaya Matahari sebagai sumber energi) seluar 86 m2.

Pengamatan yang intens terhadap objek berpotensi membahayakan, walaupun terkadang objek tersebut belum dapat terkonfirmasi jenisnya apakah asteroid atau komet atau lainnya, diharapkan dapat terus mengoreksi lintasan dan ukurannya supaya tingkat potensi bahayanya untuk Bumi juga bisa dikoreksi. Pada banyak kasus, banyak objek yang dapat dikeluarkan dari tabel objek berbahaya karena data terbaru menunjukkan mereka tidak berbahaya.

Sampai saat ini, program pengamatan NEOs oleh NASA mampu mengidentifikasi NEOs sebanyak kurang lebih 18.000 objek dengan laju penemuan objek baru rata-rata 40 per minggunya. Walaupun target awal NASA pada kongres tahun 1998 untuk mengidentifikasi NEOs telah tercapai, tetap masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Saat ini target baru dari pencarian NEOs adalah mengidentifikasi NEOs dengan diameter yang lebih kecil dari 140 meter. Ukuran asteroid yang lebih kecil mungkin tidak akan terlalu membahayakan Bumi. Tetapi semakin banyaknya kota besar di dunia menjadikan deteksi dini NEOs sangat diperlukan untuk meminimalisir kerusakan.

Seperti berita yang sedang ramai belakangan ini, tentang kemungkinan tabrakan asteroid 2006 QV89 pada bulan September 2019 mendatang. Media sudah heboh dengan hal tersebut, seolah-olah tabrakan akan pasti terjadi. Padahal menurut data yang kami kutip di halaman ini, asteroid tersebut hanya melintas-dekat dengan Bumi pada jarak hampir 7 juta km atau sekitar 17 kali jarak Bumi-Bulan. Sedangkan jika sekarang dicari di halaman CNEOS ini, asteroid tersebut sudah tidak menjadi ancaman lagi. Kita malah bisa menemukan puluhan asteroid lainnya yang akan melintas dekat (kurang dari 0,05 SA atau 20 kali jarak Bumi-Bulan) dalam waktu 1 tahun ke depan. Namun sekali lagi, daftar tersebut bisa berubah kapanpun bergantung perkembangan terbaru.

Apabila Anda tertarik dengan program pengamatan ataupun ingin ikut menganalisis lintasan NEOs, silakan coba bergabung dengan proyek-proyek yang terafiliasi dengan program penelitian dari NASA. Salah satunya adalah bergabung dengan proyek science bersama seperti Target Asteroid. Proyek tersebut dapat diikuti baik oleh astronom profeional dan astronom amatir. Informasi lain mengenai pengamatan asteroid bisa dilihat di laman NASA ini.

Update: berdasarkan banyak berita yang beradar belakangan ini, terdapat sebuah asteroid yang diperkirakan melintas dekat Bumi di bulan Ramadhan 2020, tepatnya tanggal 7 Mei 2020. Asteroid yang dimaksud adalah 2016 HP6, yang akan melintas pada jarak 4,32 jarak Bulan. Terdapat juga kabar lain bahwa ada asteroid bernama 1998 OR2, yang diprediksi melintas dekat pada tanggal 29 April 2020 pada jarak 16,36 jarak Bulan. Dari informasi jarak tersebut, dapat kita simpulkan bahwa keduanya berada di jarak yang cukup jauh dari Bumi. Bahkan jika kita cek di halaman https://cneos.jpl.nasa.gov/ca/, terdapat sekitar 30 asteroid yang akan melintas dekat Bumi dalam kurun waktu 30 hari ke depan. Jadi jika suatu saat nanti ada berita yang menyatakan akan ada asteroid menumbuk Bumi, silakan cek di halaman CNEOS di atas untuk melihat seperti apa prediksinya. Apakah sedahsyat yang diberitakan atau terlalu berlebihan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.