Betelgeuse Si Calon Supernova Yang Sedang Meredup
“Kelip bintang di langit, dari mana kau datang, jauh tinggi di langit, bagai sebuah berlian”
Dalam astronomi, terangnya cahaya adalah identitas pertama yang kita amati ketika menunjuk bintang di langit malam. Untuk itu, dibuatlah skala kecerlangan bintang yang dikenal dengan sebutan magnitudo. Semakin besar magnitudo berarti cahayanya semakin redup dan semakin kecil berarti semakin terang. Sebagai contoh, bintang paling terang di langit malam adalah Sirius dengan magnitudo -1,46, sedangkan planet paling terang adalah Venus dengan magnitudo -4,8. Matahari, objek paling terang di langit, memiliki magnitudo -26,74.
Bintang, sebagaimana manusia, juga mengalami perubahan fase (tahapan evolusi) dari lahir, tumbuh dewasa, tua, hingga kematian/akhir. Perubahan tersebut juga ditandai dengan perubahan magnitudonya. Namun karena berlangsungnya jutaan hingga miliaran tahun, mustahil bagi kita untuk mengikuti tahapan evolusi sebuah bintang semenjak kelahiran hingga kematiannya. Untungnya, di langit malam tersebar miliaran bintang dengan tahapan evolusi yang berbeda-beda. Sehingga kita bisa mengamati bintang yang berada di tahapan evolusi apapun karena sampelnya tersedia semua. Tentunya akan menjadi sebuah keistimewaan bagi kita jika bisa melihat salah satu perubahan fase hidup bintang. Dan inilah yang bisa saja terjadi dalam waktu dekat pada sebuah bintang di rasi Orion, yaitu Betelgeuse. (Baca artikel evolusi bintang di sini).
Betelgeuse adalah bintang paling terang ke-11 di langit, dan paling terang ke-2 di Orion setelah Rigel. Warnanya kemerahan dan terletak di “ketiak” sang makhluk mitologi Orion. Bintang bermassa 11 kali Matahari dan berukuran 887 kali Matahari ini termasuk M2Iab atau bintang maharaksasa merah. Sebagai sebuah bintang variabel (Baca artikel bintang variabel di sini), Betelgeuse memiliki rentang magnitudo antara 0,0 dan 1,3. Namun sejak Oktober 2019 lalu hingga puncaknya di Desember 2019, Betelgeuse mengalami peredupan dari awalnya 0,5 ke magnitudo 1,5. Ini adalah kecerlangan paling rendah yang pernah dicatat selama abad ke-21 dan menyebabkannya keluar dari 20 besar daftar bintang paling terang di langit.
Hasil pengamatan terbaru pada Betelgeuse itu pertama kali dilaporkan oleh para astronom di Universitas Villanova, Philadelphia, di paper The Fainting of The Nearby Red Supergiant Betelgeuse. Penemuan ini dikonfirmasi oleh pengamatan kurva cahaya yang dilakukan oleh American Association of Variable Star Observers (AAVSO). Perubahan kecerlangan Betelgeuse sebanyak 1 magnitudo ini termasuk besar, berbeda dengan pola yang selama ini tercatat. Hal ini membuat berbagai spekulasi tentang masa depan Betelgeuse menjadi menarik untuk dibahas. Sebagian pihak beropini (dan berharap) Betelgeuse akan mengalami supernova, sementara lainnya tidak menganggapnya demikian.
Supernova merupakan tahapan akhir evolusi sebuah bintang bermassa besar. Saat itu bintang melontarkan seluruh materialnya dengan cepat (meledak), sehingga kecerlangannya berubah menjadi sangat terang. Setelahnya akan tampak sisa supernova berupa nebula yang ukurannya bertambah besar seiring dengan waktu. Jika Betelgeuse menjadi supernova, kita akan bisa melihatnya di siang hari. Di malam hari, Betelgeuse juga bisa menghasilkan bayangan selayaknya Bulan purnama.
Jika memang Betelgeuse mengalami supernova, barangkali kita bertanya-tanya apa yang akan terjadi pada Bumi. Faktanya, kita tidak perlu terlalu khawatir karena di jarak 720 tahun cahaya, efek yang ditimbulkan tidak akan sampai ke Bumi dalam waktu dekat. Malah ada kandidat supernova lain yang lebih mengkhawatirkan, yaitu IK Pegasi karena hanya berjarak 154 tahun cahaya. Semoga saja tidak meledak dalam waktu dekat.